KAIDAH KEBAHASAAN BUKU FIKSI (PEMBELAJARAN KELAS 8B, JUMAT 17 APRIL 2020)

PEMBELAJARAN KELAS 8B (JUMAT,  17 APRIL 2020)


KAIDAH KEBAHASAAN BUKU FIKSI


Buku fiksi dan nonfiksi memang ada bedanya. Salah satu perbedaannya adalah kaidah kebahasaan yang digunakan. Pada pembelajaran kali ini, kita akan membahas kaidah kebahasaan buku fiksi. Ada tiga ciri kaidah kebahasaan buku fiksi atau cerita fiksi.


     A. Menggunakan majas atau gaya bahasa

   Gaya bahasa / majas adalah kata-kata indah yang digunakan dalam mempercantik   susunan kalimat agar memperoleh kesan imajinatif atau menciptakan efek tertentu   bagi pembaca dan pendengarnya. Selain itu, majas adalah pemanfaatan gaya bahasa   dalam memperoleh nuansa tertentu sehingga mampu menciptakan kesan kata-kata   yang imajinatif.

Macam macam majas:
1. Metafora: perbandingan suatu benda yang mempunyai sifat sama atau hampir sama.
       contoh: Dewi malam telah keluar dari balik awan.
2. Asosiasi: perbandingan sesuatu dengan keadaan yang sesuai gambaran dan sifatnya.
              contoh: Semangatnya keras bagaikan baja.
3. Litoles: perbandingan yg melukiskan keadaan dg kata yang berlawanan arti.
             contoh: Makanlah dengan ala kadarnya.
          4. Alegori: perbandingan menyuruh.
             contoh: Mendayung bahtera hidup.
          5. Metonimia: perbandingan yg mengemukakan merk dagang.
            contoh: Hari ini dia memakai fiat. ( mobil merk fiat )
          6. Alusio: perbandingan dengan mempergunakan peribahasa yg lazim.
           contoh: Berteman dengannya cukup makan hati.
      7. Personifikasi: perbandingan benda yang seolah olah berperilaku seperti manusia.
          contoh: Angin berbisik, membelai pohon pinus itu.
      8. Hiperbola: perbandingan melukiskan peristiwa dg cara melebih lebihkan.
      contoh: Hatiku terbakar, jiwaku mendidih mendengar kabar berita itu.

    B.   Menggunakan bahasa kias atau ungkapan
   Ungkapan adalah kata atau kelompok kataa yang tetap dan mengandung makna kiasan.
  Contoh: lapang dada artinya sabar
            Besar mulut artinya suka membual

    C.   Menggunakan kosa kata tak baku
    Kata tak baku sering dijumpai dalam penulisan sastra. Untuk itu kata tak baku sering   digunakan dalam penulisan buku fiksi.
Contoh: Hidup bermanis-manis pun  berlama-lama ia kenangnya.

LATIHAN:

Emak dan Sepotong Roti
Oleh Caswati





Hari Minggu bagi Dani adalah hari untuk membantu Emak, mengingat tidak setiap hari ia bisa membantu Emak. Setiap pagi Dani harus berangkat sekolah selepas subuh dan baru sampai di rumah begitu azan Asar berkumandang—pada saat itu, biasanya Emak sudah selesai bekerja.
Makanya, begitu ia selesai membersihkan rumah, memasak, mencuci dan beres-beres rumah, sesegara mungkin ia menyiapkan diri membantu Emak. Sambil membawa peralatan seperti yang dibawa Emak, Dani menggandeng adik semata wayangnya melewati jalan terjal berumput kering yang agak menurun ke arah sungai.
Dari kejauhan tampak Emak dengan baju hijau kusam tengah duduk sambil memecah batu kali di bawah sebatang pohon nangka yang mulai kehabisan daun.
Dani langsung duduk di sebelah Emak, sementara si kecil Dina dibiarkan bermain-main batu di sekitar mereka.
“Batu yang Emak kumpulkan banyak juga,” kata Dani sambil mulai memukulkan palu besinya.
“Kau seharusnya tidak di sini,” ucap Emak membuat kening Dani berkerut. Dia lalu menatap Emak lekat-lekat, tetapi Emak sama sekali tidak balas menatapnya.
“Emak bilang apa?” Dani tak mengerti.
“Kau pulanglah. Ajak adikmu main. Emak bisa lakukan ini sendiri.” Tandasnya sambil terus memukulkan palu, memecah batu, memecah kegersangan siang yang membisu.
Dani terenyak, bingung memandangi Emak yang tiba-tiba terasa asing. Kenapa? Ada apa?
“Kau dengar Emak ‘kan?” Tiba-tiba nada bicara Emak meninggi. Tentu saja ini membuat Dani maupun Dina mengerjap. Selama ini Dani tak pernah mendengar Emak bicara sedingin ini, apalagi tanpa menatapnya.
 “Tapi….”
“Emak tidak pernah menyuruhmu membantu,” potong Emak makin keras memukulkan palunya, memecah batu hingga berkeping-keping.
Masih kurang percaya, Dani akhirnya beranjak. Sambil menggandeng adiknya, dia berjalan perlahan meninggalkan Emak yang sama sekali tidak menatapnya. Dani menoleh, memandangi Emak yang menunduk sambil tak henti-hentinya memukulkan palu.
Dani menghela nafas, dia melangkah lagi. Kenapa Emak begitu? Marahkah Emak padaku? Pikirnya.
Tepat pada langkahnya yang kelima, Dani dikejutkan dengan jeritan Emak yang memantul dari satu sisi tebing yang lain. Sekonyong-konyong, dua kakak beradik itu menoleh. Dani, matanya langsung membelalak begitu melihat tangan kiri Emak terkulai di atas tumbukan batu dengan darah yang mengucur deras, sementara palu besi yang semula digunakan untuk memecah batu tergeletak tak berguna.
“Emak!” Pekik Dani langsung menubruk tubuh Emak yang bersandar di batang pohon. Wajah tirus itu pucat, bibir keringnya gemetar, keringat di keningnya makin santer mengalir, mata cekungnya terpejam.
Jawablah pertanyaan berikut:

1.   Apa tema cerita tersebut?
2.   Siapa tokoh utama dan perwatakannya?
3.  Sebutkan 1 majas apa yang ditemukan dalam kutipan cerpen tersebut!
4.   Sebutkan 1 ungkapan yang ditemukan dalam kutipan cerpen tersebut dan jelaskan artinya!
5. Sebutkan 2 kata tak baku yang ditemukan dalam kutipan cerpen tersebut!


Jawaban ditulis pada buku tulis, koreksi mandiri dan masukkan nilai lewat google form. Terima kasih!!

                  https://forms.gle/9wKSqpcC5whieUhBA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADAB BERDOA - MATERI RAMADHAN KELAS 7A, 7B, 7C, DAN 7D (SELASA, 5 MEI 2020)

MENULIS SURAT PRIBADI DAN SURAT DINAS KLS 7C DAN 7B (SENIN, 30-3-2020)