KETELADANAN ABU THALIB (KAJIAN RAMADHAN KELAS 7A, 7B, 7C, DAN 7D, SELASA, 19 MEI 2020)
KAJIAN RAMADHAN HARI KE-26
Pengasuh
dan Pelindung Nabi saw
Dukungan dan Pembelaannya kepada Nabi saw
Nah, Para siswa, kalian sudah membaca sepenggal kisah Abu Thalib, bukan? untuk selanjutnya silakan kalian pahami isinya dan temukan keteladanan dari Abu Thalib. Kerjakan di buku tulis ya!
KISAH
KETELADANAN ABU THALIB
Abdu Manaf bin
Abdul Muththalib bin Hasyim, (عبد مناف بن عبد
المطلب بن هاشم بن عبد مناف) lebih dikenal dengan nama Abu Thalib (ابوطالب)
adalah salah seorang tokoh besar dan disegani di Mekah dan Thaif dari kalangan Bani
Hasyim. Ia adalah ayah dari Ali bin Abi Thalib as dan paman Nabi
Muhammad bin Abdullah saw. Abu Thalib di kalangan
penduduk Mekah, dikenal sebagai seseorang yang bertanggungjawab dalam pemberian
pelayanan kepada para jamaah haji. Abu Thalib memiliki dua peran sosial di tengah-tengah masyarakat
Arab Mekah, yaitu sebagai pelayan para peziarah dan jamaah haji serta yang
menyediakan bagi mereka air minum. Pekerjaan sehari-harinya adalah seorang pedagang. Ia membeli minyak wangi
dan gandum kemudian memperdagangkannya.
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as sebagaimana yang dinukilkan oleh para sejarahwan mengenai Abu Thalib,
“Meskipun ia dikenal miskin namun ia memiliki kemuliaan, kehormatan dan
disegani. Ia tetap diakui sebagai bangsawan Quraisy yang memiliki harga diri, martabat dan kebijaksanaan.” Mengenai keadilan dan kedermawanannya, disebutkan, “Di hari
dimana ia membagikan makanan, maka tidak seorangpun dari Quraisy yang tidak
makan.”
Pengasuh
dan Pelindung Nabi saw
Abu Thalib sesuai dengan
wasiat ayahnya, ia menjadi pengasuh dari kemenakannya yang saat itu masih
berusia 8 tahun. Ibnu Syahr asyub mengatakan, “Menjelang kematian Abdul
Muththalib, ia berkata kepada Abu Thalib anaknya, “Anakku, kamu tahu betapa aku
sangat mencintai dan menyayangi Muhammad. Sekarang, aku mau tahu bagaimana kamu
akan menjalankan pesanku dalam mengasuhnya?”. Abu Thalib menjawab, “Jangan
memberi pesan apa-apa mengenai Muhammad. Dia adalah anak laki-lakiku dan juga
anak dari saudaraku.” Kemudian disebutkan, sepeninggal Abdul
Muththalib, Abu Thalib mengasuh Muhammad melebihi pengasuhannya dari anak kandungnya sendiri. Ia mendahulukan
Muhammad dalam segala hal dari anak-anak kandungnya sendiri termasuk dalam hal
makanan dan pakaian.”.
Ibnu Hisyam juga menulis, “Ia memiliki perhatian yang sangat khusus kepada
Muhammad, bahkan mengistimewakannya dan lebih menyayanginya dari anak-anak
kandungnya sendiri. Ia memberikan makanan terbaik kepada Muhammad dan ia
menempatkan tempat tidurnya disisinya. Kemanapun ia pergi, ia selalu membawa
dan menyertakan Muhammad.” Abu Thalib setiap ia sudah seharusnya memberikan makanan kepada
anak-anaknya bagi diwaktu siang maupun malam, ia akan berkata kepada mereka,
“Tunggulah, sampai anakku Muhammad, datang.”
Dukungan dan Pembelaannya kepada Nabi saw
Catatan-catatan sejarawan
mengenai Abu Thalib lebih banyak berkisar mengenai dukungan dan pembelaan yang
diberikan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw dalam menyebarkan ajaran Islam pasca diangkatnya menjadi Nabi. Buku-buku tarikh mengisahkan
pengorbanan Abu Thalib yang sedemikian besar dalam membela Nabi Muhammad saw
yang tidak henti-hentinya mendapat gangguan dari kaum Quraisy yang menolak dakwahnya. Betapa Abu Thalib yang sudah berusia
sedemikian lanjut, yaitu 75 tahun ketika Muhammad diutus menjadi Nabi dan
Rasul, menjadi pembela terdepan. Ia menyatakan secara terbuka dan
terang-terangan dalam setiap pertemuan dengan para pembesar Qurays bahwa
dirinya mendukung dan membela dakwah tauhid Rasulullah saw. Ia dengan tegas menolak memberikan Muhammad yang akan ditukarkan
dengan ‘Amarah bin Walid, seorang anak muda Quraisy yang gagah, tampan dan
berfisik kuat, sebagaimana saran sejumlah pembesar Quraisy. Pembelaan atas Muhammad yang diberikan Abu Thalib dan istrinya tidak
ubahnya dengan pembelaan kedua orang tua terhadap anak kandungnya
sendiri. Nabi Muhammad saw dihari kepergian Abu Thalib meninggalkan dunia,
mengatakan, “Semasa Abu Thalib masih hidup, tidak seorangpun dari kaum Quraisy
yang berani mengusikku.” Syaikh Mufid menukilkan
riwayat disaat meninggalnya Abu Thalib, malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad
saw kemudian memesankan, “Keluarlah dari kota Mekah, sebab tidak ada lagi
Di hari kematian Abu
Thalib, Nabi Muhammad saw dirundung duka yang sangat mendalam, sampai ia tidak
bisa menahan tangis sebagai luapan kesedihannya ditinggal paman tercinta. Ia
meminta kepada Imam Ali as untuk memandikan dan mengkafani jenazahnya sembari mendo’akan agar dirahmati Allah
swt. Dan ketika tiba masa pemakamannya, Nabi
saw bersabda, “Dikarenakan betapa berharapnya aku memohon agar engkau diampuni
dan diberi syafaat, jin dan manusia menjadi heran karena itu.”
Jenazah Abu Thalib
dimakamkan di Mekah, di sisi makam ayahnya,
Abdul Muththalib pada Pekuburan al-Ma'lat.
RINGKASAN
|
|
Nama lengkap
|
Abdu Manaf bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
|
Abdu Manaf
|
|
Garis keturunan
|
|
Kerabat termasyhur
|
|
Lahir
|
|
Tempat Tinggal
|
Mekah
|
Wafat/Syahadah
|
|
Tempat dimakamkan
|
|
Informasi Keagamaan
|
|
Terkenal sebagai
|
|
Peran utama
|
|
Aktivitas lain
|
Pengasuh dan pelindung Nabi Muhammad saw
|
Nah, Para siswa, kalian sudah membaca sepenggal kisah Abu Thalib, bukan? untuk selanjutnya silakan kalian pahami isinya dan temukan keteladanan dari Abu Thalib. Kerjakan di buku tulis ya!
Komentar
Posting Komentar