KAIDAH KEBAHASAAN BUKU FIKSI (KELAS 8A, SENIN, 13 APRIL 2020)
PEMBELAJARAN KELAS 8A (SENIN, 13 APRIL 2020)
KAIDAH KEBAHASAAN
BUKU FIKSI
Buku fiksi
dan nonfiksi memang ada bedanya. Salah satu perbedaannya adalah kaidah
kebahasaan yang digunakan. Pada pembelajaran kali ini, kita akan membahas
kaidah kebahasaan buku fiksi. Ada tiga ciri kaidah kebahasaan buku fiksi atau
cerita fiksi.
A. Menggunakan majas atau gaya bahasa
Gaya
bahasa / majas adalah kata-kata indah yang digunakan dalam mempercantik susunan kalimat agar memperoleh kesan imajinatif atau menciptakan efek tertentu bagi pembaca dan pendengarnya. Selain itu, majas adalah pemanfaatan gaya bahasa dalam memperoleh nuansa tertentu sehingga mampu menciptakan kesan kata-kata yang imajinatif.
Macam
macam majas:
1. Metafora: perbandingan
suatu benda yang mempunyai sifat sama atau hampir sama.
contoh: Dewi malam telah keluar dari
balik awan.
2. Asosiasi: perbandingan
sesuatu dengan keadaan yang sesuai gambaran dan sifatnya.
contoh: Semangatnya keras bagaikan
baja.
3. Litoles:
perbandingan yg melukiskan keadaan dg kata yang berlawanan arti.
contoh: Makanlah dengan ala kadarnya.
4.
Alegori: perbandingan menyuruh.
contoh: Mendayung bahtera hidup.
5.
Metonimia: perbandingan yg mengemukakan merk dagang.
contoh: Hari ini dia memakai fiat. (
mobil merk fiat )
6.
Alusio: perbandingan dengan mempergunakan peribahasa yg lazim.
contoh: Berteman dengannya cukup makan
hati.
7.
Personifikasi: perbandingan benda yang seolah olah berperilaku seperti manusia.
contoh: Angin berbisik, membelai pohon
pinus itu.
8.
Hiperbola: perbandingan melukiskan peristiwa dg cara melebih lebihkan.
contoh: Hatiku terbakar, jiwaku mendidih
mendengar kabar berita itu.
B. Menggunakan bahasa kias atau ungkapan
Ungkapan
adalah kata atau kelompok kataa yang tetap dan mengandung makna kiasan.
Contoh:
lapang dada artinya sabar
Besar mulut artinya suka membual
3 C. Menggunakan kosa kata tak baku
Kata
tak baku sering dijumpai dalam penulisan sastra. Untuk itu kata tak baku sering digunakan dalam penulisan buku fiksi.
Contoh:
Hidup bermanis-manis pun berlama-lama ia
kenangnya.
LATIHAN:
Emak dan Sepotong Roti
Oleh Caswati
Hari
Minggu bagi Dani adalah hari untuk membantu Emak, mengingat tidak setiap hari
ia bisa membantu Emak. Setiap pagi Dani harus berangkat sekolah selepas subuh
dan baru sampai di rumah begitu azan Asar berkumandang—pada saat itu, biasanya Emak
sudah selesai bekerja.
Makanya,
begitu ia selesai membersihkan rumah, memasak, mencuci dan beres-beres rumah,
sesegara mungkin ia menyiapkan diri membantu Emak. Sambil membawa peralatan
seperti yang dibawa Emak, Dani menggandeng adik semata wayangnya melewati jalan
terjal berumput kering yang agak menurun ke arah sungai.
Dari
kejauhan tampak Emak dengan baju hijau kusam tengah duduk sambil memecah batu
kali di bawah sebatang pohon nangka yang mulai kehabisan daun.
Dani
langsung duduk di sebelah Emak, sementara si kecil Dina dibiarkan bermain-main
batu di sekitar mereka.
“Batu yang
Emak kumpulkan banyak juga,” kata Dani sambil mulai memukulkan palu besinya.
“Kau
seharusnya tidak di sini,” ucap Emak membuat kening Dani berkerut. Dia lalu
menatap Emak lekat-lekat, tetapi Emak sama sekali tidak balas menatapnya.
“Emak
bilang apa?” Dani tak mengerti.
“Kau
pulanglah. Ajak adikmu main. Emak bisa lakukan ini sendiri.” Tandasnya sambil
terus memukulkan palu, memecah batu, memecah kegersangan siang yang membisu.
Dani
terenyak, bingung memandangi Emak yang tiba-tiba terasa asing. Kenapa? Ada apa?
“Kau
dengar Emak ‘kan?” Tiba-tiba nada bicara Emak meninggi. Tentu saja ini membuat
Dani maupun Dina mengerjap. Selama ini Dani tak pernah mendengar Emak bicara
sedingin ini, apalagi tanpa menatapnya.
“Tapi….”
“Emak
tidak pernah menyuruhmu membantu,” potong Emak makin keras memukulkan palunya,
memecah batu hingga berkeping-keping.
Masih
kurang percaya, Dani akhirnya beranjak. Sambil menggandeng adiknya, dia
berjalan perlahan meninggalkan Emak yang sama sekali tidak menatapnya. Dani
menoleh, memandangi Emak yang menunduk sambil tak henti-hentinya memukulkan
palu.
Dani
menghela nafas, dia melangkah lagi. Kenapa Emak begitu? Marahkah Emak padaku?
Pikirnya.
Tepat pada
langkahnya yang kelima, Dani dikejutkan dengan jeritan Emak yang memantul dari
satu sisi tebing yang lain. Sekonyong-konyong, dua kakak beradik itu menoleh.
Dani, matanya langsung membelalak begitu melihat tangan kiri Emak terkulai di
atas tumbukan batu dengan darah yang mengucur deras, sementara palu besi yang
semula digunakan untuk memecah batu tergeletak tak berguna.
“Emak!”
Pekik Dani langsung menubruk tubuh Emak yang bersandar di batang pohon. Wajah
tirus itu pucat, bibir keringnya gemetar, keringat di keningnya makin santer
mengalir, mata cekungnya terpejam.
Jawablah pertanyaan berikut:
1. Apa tema cerita tersebut?
2. Siapa tokoh utama dan perwatakannya?
3. Sebutkan 1 majas apa yang ditemukan dalam kutipan
cerpen tersebut!
4. Sebutkan 1 ungkapan yang ditemukan dalam kutipan
cerpen tersebut dan jelaskan artinya!
5. Sebutkan 2 kata tak baku yang ditemukan dalam kutipan
cerpen tersebut!
Jawaban ditulis pada buku tulis, koreksi mandiri dan
masukkan nilai lewat google form. Terima kasih!!
https://forms.gle/9wKSqpcC5whieUhBA
Komentar
Posting Komentar